Sajak-sajak ini aku tulis sebagai rasa bangga dan syukur telah diberi kesempatan oleh Allah untuk berproses di PMII Country Unitri Malang.
Katamu, purnama adalah dimana ketika hati telah menyatu. Ketika
segala cahaya menjadi kaca dalam diri kita. Segala warna bukan menjadi
alasan untuk tidak bersama.
Waktu terus berkejaran seperti usia
Kutemukan huruf-huruf mengalir menjadi paragraf dalam pikiranku
Matamu yang bening, mengalirkan ketenangan
Izinkan aku terus berenang di kedalaman hatimu
Mengukir kenangan mentasbihkan hati
Mendekatlah lebih dekat
Biar kugandeng tanganmu lalu menari bersamaku.
Kutemukan huruf-huruf mengalir menjadi paragraf dalam pikiranku
Matamu yang bening, mengalirkan ketenangan
Izinkan aku terus berenang di kedalaman hatimu
Mengukir kenangan mentasbihkan hati
Mendekatlah lebih dekat
Biar kugandeng tanganmu lalu menari bersamaku.
Pada airmatamu, aku bermandi diri mensucikan hati
Kurangkai kembali serpihan hari
Kusulap sendiri airmataku dengan doa
Kulukis namamu dalam-dalam disini
Sebab kutahu, kenangan jalan keabadian
Di tengah malam yang gelap, kau mengajariku mengaji diri
Meski berkali-kali harus kuusap dada seseringkali
Kurangkai kembali serpihan hari
Kusulap sendiri airmataku dengan doa
Kulukis namamu dalam-dalam disini
Sebab kutahu, kenangan jalan keabadian
Di tengah malam yang gelap, kau mengajariku mengaji diri
Meski berkali-kali harus kuusap dada seseringkali
Pada rahimmu tempatku bertapa
Menyulap airmata menjadi mutiara, menyulap gelap menjadi harap
Disnilah, segala kenangan berenang
Dari biru laut, idzinkan kutulis sajak ini sebagai kenangan kita bahwa kaulah malam purnamaku
Menyulap airmata menjadi mutiara, menyulap gelap menjadi harap
Disnilah, segala kenangan berenang
Dari biru laut, idzinkan kutulis sajak ini sebagai kenangan kita bahwa kaulah malam purnamaku
Mawardi Stiawan, penggiat sastra, kader PMII Country Unitri Malang.
Malang, 2015
0 komentar :
Posting Komentar