Doa akhir tahun
Tuhan,
Ketika malam begitu gelap.
Aku sepenuhnya merindukanmu
Sebelum gelap benar-benar datang.
Ketika malam begitu gelap.
Aku sepenuhnya merindukanmu
Sebelum gelap benar-benar datang.
Malang, 2014
Di Rumah Senja
Tanggal rindu di matamu
Kini berguguran lalu ke lautan waktu
Entah keberapa kalinya
Rinduku menjadi racun dalam kalbu
Kini berguguran lalu ke lautan waktu
Entah keberapa kalinya
Rinduku menjadi racun dalam kalbu
Aku menari dalam kesunyian
Dari ayat malam
Bersalam dalam doa
Ketika selimut tuhan
Menjadi muara dalam pelarian rindu
Dari ayat malam
Bersalam dalam doa
Ketika selimut tuhan
Menjadi muara dalam pelarian rindu
Malam benar-benar tenggelam di perut bulan
Sepi dan kesunyian menjadi bantal dalam tidur panjangku
Sepi dan kesunyian menjadi bantal dalam tidur panjangku
Dan di rumah senja itu,
Aku menjadi utuh dalam rinduku sendiri
Aku menjadi utuh dalam rinduku sendiri
Malang, 2014
Jalan Kepulangan
Menarilah dalam jiwaku
Tidur mendengkur
Hingga aku benar-benar terlelap
Sebab pada jalan kepulangan
Tidur mendengkur
Hingga aku benar-benar terlelap
Sebab pada jalan kepulangan
Segala sunyi menjadi sajadah sujud kalbu
Cermin pada bermula pintu rumah
Dari waktu mengakar kisah
Cermin pada bermula pintu rumah
Dari waktu mengakar kisah
Bawalah segala rindu yang pernah kau tanam
Pikiranku lindap pada kebulatan bulan
Menggeliat melebur
Lalu berlalu bersama waktu
Pikiranku lindap pada kebulatan bulan
Menggeliat melebur
Lalu berlalu bersama waktu
Malang, 2014
Siluit Desember
Di kedalaman matamu
Aku mengembara bulan
Dari ketajaman waktu
Aku mengembara bulan
Dari ketajaman waktu
Malang, 2014
Surat Akhir Desember
I/
Ay, tak perlu kau jatuhkan airmata karena bulan tenggelam dalam ingatan. Dan tanggal-tanggal menjadi pemandangan terindah di dinding rumah. Dan kamu perlu ingat, Ay. Setiap kenangan yang terjatuh dari tangkai hari adalah sejarah.
Ay, tak perlu kau jatuhkan airmata karena bulan tenggelam dalam ingatan. Dan tanggal-tanggal menjadi pemandangan terindah di dinding rumah. Dan kamu perlu ingat, Ay. Setiap kenangan yang terjatuh dari tangkai hari adalah sejarah.
II/
Bulan dan matahari yang selalu kita tiduri dalam harapan menjadi nyanyian hati sebelum pagi benar-benar pergi. Angin malam risau. Menari menjadi bayang-bayang. Saat kita hanya mampu terbayang dalam bayang-bayang sendiri.
Bulan dan matahari yang selalu kita tiduri dalam harapan menjadi nyanyian hati sebelum pagi benar-benar pergi. Angin malam risau. Menari menjadi bayang-bayang. Saat kita hanya mampu terbayang dalam bayang-bayang sendiri.
Bukankah kita mengerti! senja selalu datang ketika matahari sudah
pergi. Begitu halnya dengan mimpi-mimpi ketika mampu di tiduri pada
kasur angan-angan. Lalu tenggelam bersama waktu.
III/
Dan kali ini, kita sedang memasuki bulan senja. Begitu dahsyatnya waktu berlalu. Hingga akhirnya, semuanya akan berakhir saat tanggal tenggelam di matamu.
Dan kali ini, kita sedang memasuki bulan senja. Begitu dahsyatnya waktu berlalu. Hingga akhirnya, semuanya akan berakhir saat tanggal tenggelam di matamu.
Sekali lagi aku katakan, tak usa ada airmata. Karena kenangan, terlanjur menjadi baju dalam usia.
VI/
Bulan tempat kita bercermin dari segala arah
Menjadi doa setiap usaha lalu
Menjelma sejarah
Bulan tempat kita bercermin dari segala arah
Menjadi doa setiap usaha lalu
Menjelma sejarah
Malang, 2014
Mawardi Stiawan, lahir di Sumenep Madura. Mahasiswa Unitri Malang, kini tinggal di Malang.
0 komentar :
Posting Komentar