Seperti yang telah kita ketahui
bahwa prinsip aswaja dengan pengetahuan sosial politik, hukum politik, budaya
dan agama , yang dibenturkan dengan prinsip berfikir, toleran (tasamuh), muderat
(tawassuth), seimbang (tawazun), keadilan (taaddul).
Merupakan metodologi berfikir ,
basis ideology, atau sumber inspirasi dari kelompok sapaham, melahirkan kita
sebagai makhluk sosial yang hidup dengan sesame dan selalu membutuhkan kerja
sama , tetapi lebih dari pada itu manusia itu mempunyai kepekaan sosial.
Kepekaan sosial berarti kemampuan
untuk menyesuaikan perbuatan seseorang akan berbeda-beda. Tingkah laku sesorang
juga akan berbeda dalam lingkungan, tingkah laku atau perbuatan manusia tidak terjadi
secara seporadis (timbul dan hilang disaat-saat tertentu) tetapi selalu ada
kelangsungan (kontinuitas) anatara satu perbutan dengan perbuatan berikutnya.
Pendek kata, terdahulu merupakan persiapan bagi perbuatan yang kemudian,
sedangkan perbuatan yang kemudian merupakan kelanjutan dari perbuatan masa
sebelumnya.
Selepas dari itu semua, manusia
sebagai kholifah fil ardli wajib hukumnya menumbuhkan rasa toleran kepada
sesame, yaitu diantaranya saling tolong seperti yang dijelaskan dalam kitab
jami’us shoghir hal 183, “barang siapa
yang mempermudah (menolong) orang yang sedang butuh pertolongan maka Allah SWT.
akan membalas kemudahan orang itu (penolong)”. Karena hal itu ketika sudah berhubungan dengan sesama
makhluk Tuhan (hablum min an-nas dan hablum min alam) maka
berarti jalur hatinya dengan Tuhan (hablum min Allah).
Integarasi nasional sangat
dibutuhkan yaitu secara politis merupakan proses penyatuan berbagai kelompok
budaya dan sosial kedalam satuan wilayah nasional yang terbentuk identitas nasional
secara antropologis, merupakan proses penyesuaian diantara unsure-unsur
kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam
kehidupan bermasyarakat.
Nasional itu perpaduan antara
unsur-unsur masyarakat yang kecil dan banyak jumlahnya menjadi satu kesatuan
bangsa. Nah apakah yang mendorong terjadinya prose perpaduan dan perbedaan
antara itu?, Ernest renant mengemukakan seorang ahli sosial dari prancis
bahwa proses perpaduan atau perbedaan itu timbul akibat adanya kesadaran,
hasrat, dan kemauan untuk bersatu. Kemauan untuk bersatu atau to be
together itu muncul akibat adanya
barbagai kesamaan antara lain nasib yang sama dalam perjalanan sejarah.
Kembali dari pembahasan diatas bahwa
penguatan dari prinsip pendirian yang
kuat, keseimbangan dengan relasi antara individu, struktur sosial, agama dan
budaya dalam ranah sosial yang ditekankan adalah egalitarianisme
(persamaan derajat) tidak ada perbedaan antara kelompok manusia, yang
membedakan hanya tingkat ketakwaannya kepada Tuhan.
Demi mewujudkan kehidupan yang
harmonis dalam bermasyarakat dengan menegakkan keadilan antara seluruh ummat
manusia. Dengan integrasi dalam berfikir, bertindak, dalam kehidupan baik
secara ekonomi, politik, dan antar kelompok ummat beragama.
Berjalan diatas prinsp aswaja maka
akan jelas bahwa nilai-nilai progresifitas dan kemanusiaan dalam pembangunan
peradaban masyarakat sosial dengan berkeadilan, bersaudara.solidaritas
yangkuat, persamaan hidup. Yakni ini semua merupakan sejarah ketauladanan
hakiki yang dibawa Rosulullah Muhammad SAW.
WALLAHU ‘A’LAM....
wallahul muwafiq ilaa aqwamitthoriq
summassalamualaikum warohmatullahi
wabarkatuh
Juhari, Pengurus Rayon PMII Nusantara
0 komentar :
Posting Komentar