Langkah kakiku masih kau tatap di ujung perjalan halaman
rumahku
Sehingga tiada terasa wajahmu basah memerah karena air
matamu
Yang selalu iba dalam perjalanku menuju kota indah ini
Air matamu selalu tidak sempat aku usap setiap kali menetes
dari doamu
Namun kau ibundaMasih rela dengan keangkuhankuSetiap aku menjadikan hatimu kecewa
Bahkan kau iramakan doa dalam perjalanankuTitipan moral yang kau sandangkan di bahukuSemuanya tiada niat lagi darimuUntukkuMengindahkan kehidupan yang setiap kali menjadi moralkuMenjadikan selimut puji saat ku tertidurkan oleh keadaan dunia baru disela kotakuMenjadikan alas lurus oleh perjalanan kerasku
Doamu menyeru tuhan
menjadikan senjata saat-saat peperangan hidupku
Menjadikan kebal setiap kali menangis karena tidak ada lagi
nyanyian malam
Saat malam-malam tidurku
Aku harus belajar doamu agar keindahan hidup
Yang didoakan menjadikan suara dan detak setiap kali tertidur untuk
bangun di kota yang dan keras
senantiasa ternyanyikan oleh waktu indah burukku
akulah belajar doamu
dari semangat yang kadang tak lagi
Oleh: El-Sarruny
Apakah anakmu ini bisaMenjadikan Doa saat suaramu tiada ?Saat tiada lagi menatap langkah pejalananku?Saat tiada lagi orang yang iba denganku?Saat air mata menjadi jauh duniamu..?
Aku harus belajar doamu agar keindahan hidup
Yang didoakan menjadikan suara dan detak setiap kali tertidur untuk
bangun di kota yang dan keras
senantiasa ternyanyikan oleh waktu indah burukku
akulah belajar doamu
dari semangat yang kadang tak lagi
Oleh: El-Sarruny
0 komentar :
Posting Komentar