Sendu luka memutar merajut racun
tersempit dalam perut bumi
Bayangan menjadi khayalan yang tak
bisa ku genggam
Walau tak bisa ku kubur bersama
sebutir daun hijau yang tak abadi
Aku mulai mengangkat bumi,mencabut
pohon dengan jari manisku
Aku mulai lari diatas air yang
dangkal penuh duri dan paku
Yang siap merobek hasrat yang tak
bisa aku tarik dengan rantai tangisan
Aku sadar bukan malaikat yang datang bersama kepastiannyaAku bingung kenapa akar dan duri tak bisa ku pahami?Aku menangis tapi para putri malu berani menatapkuAku bahagia namun dia masih menangis karena telah ku tancapkanRindu yang tak seharusnya mereka tancapkan,,,
Berikan ku salam agarku bisa lempar
mereka-mereka
Ucapkan sayang dengan tanpa palu
malaikat di bahumu
Dan sisakanku satu jalan untuk ku
menuju keabadian untukmu
Aku tak bisa lukiskan batu lagi
Aku tak bisa warnai langit lagi
Aku tak bisa ukir tawa di pasir
bersama jejak-jejak kaki
Sang petualang bumi
Malam semakin lama ketika bola mata tak mau sembunyiCoba kau tatap mata itu yang penuh air mataTertawa bisu melihat merpati yang jatuh dari sarangnyaDia bingung mencari induknya yang pergi memangsaBurung – burung pipit yang
Berterbangan tanpa malu dan luka
Kuikatkan bunga untukmu
Namun bunga itu selalu layu
mengingat batu
Yang telah aku lemparkan, aku takkan
lelah mencari hati
Yang masih sembunyi dalam loronng
kegelapan yang telah aku lukis sendiri,
Seribu mawar akan selalu ku perintahkan untuk menemani harimuWalaupun senyumanmu luntur bersama malamkuTak ada cahaya lagi untukku?Sehingga bulan dan bintang berlarian mnuju tangismu
Berikan ccahayamu lagi agar ku sulap serpihan hatimu
Menjadi penerang untuk bumiku dan dirimu.
M. Zuhry, 04 Juni 2013
0 komentar :
Posting Komentar