Selendang putihmu yang melukiskan
kisah senja memanjakanku dengan dosa dan rayuan
merah merekah
Menggunjingku menari di bawah laut
yang buas menjadi puisi penyesalan yang sulit tuk di
jadikan obat malam itu,,
Ingatkah engkau ketika suaramu menidurkanku di atas paku paku yang mereka tancapkan lewat kerikil-krikil warna warni dengan indahnya,,?Ingatkah engkau ketika serumu menundukkan ribuan angka dalam stadion perjuangan menjadikan lautan awan hitam dan teriakan-teriakannya terdiam kaku,?
Ketika malam sampai dalam
pusarannya
Kau sirami dengan airmata sucimu,
Kau ciptakan sungai yang
malaikatpun takut untuk mandinya
Harum lukisanmu,
Harum tetesanmu,
Dan harum ceritamu,
Menjadi saksi dongeng yang
nyata
Awan membuka pintu lewat senyummuMatahari dan bulan menjadi sinar dalam gelapmuLangit-langit menjadi tangga untukmu melangkahBersama dayang yang senyum mengantarmuMalaikat-malaikat bumipun tersenyum mengantarkanmu,
Matinya bumi akan selalu engkau
pejuangkan,,
Hilangnya nyawaku hanya engkau yang
ku puja
Karna engkaulh bidadari yang telah
ada dalam hidupku IBU.
Jejakan kakimu tak pernah ku bingkai karna birahi
Yang menjalar nular dalam otakku adalah kerugianTerbesar dalam ingatanku.
Walaupun engkau sudah lelap dalam
tidur panjangmu
Engkau tetap menjadi saksi di
kehidupanku,
Walaupun engkau sudah hilang dalam
hidupku,
Namun kasih sayangku takkan pernah
hilang dalam hidupku.
Moh.Zuhri, Malang, 02 Mei 2013
0 komentar :
Posting Komentar